Skip to main content

Jauh dari rumah

 berkelana jauh lalu berlabuh

namun apakah ada yang kuasa menjadi sandaran

disaat letih tak berkesudahan merontah ingin memangsa

disaat tak ada lagi mimpi sanggup diburu

disaat rindu tak mungkin lagi mau melanglang jauh

aku punya sesuatu yang selalu menuntunku kembali

entah ditanah mana kaki berpijak

entah dibawah langit mana kepalaku terlihat

dimana aku tak perlu bersusah payah membunuh pikiranku

tentang betapa payah aku ditempat yang bukan rumahku

ragaku yang rapuh mustahil terlihat olehmu

berdiri dengan jiwa yang tak setuju

aku sadar dengan berkelana jauh dari rumah

adalah hal terbodoh yang pernah aku setujui


Comments

Popular posts from this blog

To all the dreams that shattered...

Sejak kecil, mungkin aku lebih banyak bermimpi daripada meneguk segelas susu yang diberi ibuku setiap sarapan di pagi hari. Mengapa tidak? membayangkan dirimu menjadi seorang pahlawan untuk semua orang bisa saja, sekalipun hanya bermimpi menjadi seekor kucing yang kerjanya hanya makan dan tidur juga sah-sah saja. Karna menyenangkan bisa memikirkan kau jadi apa saja didalam kepalamu, mewujudkannya menjadi mimpi disiang bolong ataupun mimpi saat tidur tidak cukup, beberapa mimpi kujadikan hal yang akan ku wujudkan suatu hari nanti. Aku ingat, mimpi pertamaku aku ingin menjadi seorang Polisi yang gagah dan berani. Apa saja yang ada dikepalamu ketika melihat seorang Polisi? mereka menyelesaikan masalah, menangkap pencuri, menertibkan lalu lintas kota, apa saja terlihat keren! Kualifikasiku menjadi seorang Polisi tentu ada, aku berani! Namun, mimpi pertama yang harus hancur itu tidak cukup dengan berani saja, aku selalu bersumpah kalau saja aku tidak menghabiskan waktuku berbulan-bulan untu...

Tidak ada Rumah

Hidup diatas perkataan orang lain yang muncul untuk sekiranya membuatnya sedikit bahagia adalah salah, apabila kau harus rela melepas dirimu demi kepalsuan yang demikian orang-orang lain inginkan. Kita tidak hidup dalam satu denyut nadi yang seirama, Hingga sekeras apapun usahaku bercerita tentang kemana kaki-kaki ini pernah dan akan berjelajah kau akan tetap berkata bahwa kita akan pulang pada satu atap rumah yang sama. Situasi yang hadir sama sekali tidak pernah mendefinisikan rumah dikepalaku, Entah kepalaku yang sudah rusak atau makna itu yang rusak? mungkin bisa kita perbaiki bersama Saya tidak lahir dan tumbuh besar untuk memenuhi segala omongan orang. Namun saya lahir dan tumbuh besar berkat omongan orang entah sifatnya baik dan membangun atau mungkin saja sudah bersekongkol pada setan mana hingga niatnya menghancurkan. Pada satu malam kata-kata ini tertulis pada layar ponselku, mungkin aku sudah gelisah. digeneralisasikan pada seluruh aspek yang lahirnya berbeda. itu saja.

Wherever it's lands...

Sebenarnya kita semua ini akan berakhir pada jalur kehidupan yang mana? Oh atau tentang itu cuma aku yang bingung?Orang-orang lain tahu akan jalur mana yang sedang mereka lewati. Entah itu jalur yang cepat, hingga ketika melihatnya, aku merasa disandingkan antara lambannya mengayuh sepeda dan sebuah roket jet yang membelah awan sedetik saja. Atau jalur yang indah sehingga setiap aku melihatnya aku merasa setiap orang terasa terlahir dengan senyuman abadi diwajah mereka. Atau jalur mudah? Sehingga jika melihat itu aku selalu merasa mungkin keberuntunganku tidak ada saja. Tapi apa benar cuma aku yang bingung?  Mungkin kata cepat, indah dan mudah dalam menempu jalur itu terlalu kasar untuk setiap usaha orang-orang yang berada di atasnya. Bukankah itu hasil yang akhirnya mereka tempah? Setiap air mata, keringat, dan mungkin darah yang mereka keluarkan untuk tetap membuat jalur itu bisa terlihat mudah, indah dan cepat. Ini seperti permainan psikologi saja mungkin, tidak ada orang yang t...