Sudah
berapa kali kamu melihat dan tertawa pada meme internet hari ini untuk
menghibur diri sendiri? Ketika berselancar di dunia maya
atau sekadar scrolling beranda sosial media, pasti tidak sedikit
unggahan meme internet membuatmu tertawa geli karena sajian humor
yang dimuatnya. Seperti itulah kurang lebih bahasa komunikasi di era kesejagatan ini, meme internet turut serta
membentuk budaya baru.
Seperti
virus, meme adalah sesuatu yang menyebar dari satu orang ke orang lainnya.
Definisi ini merujuk pada neologisme yang digunakan Richard Dawkins dalam
bukunya The Selfish Gene untuk menyebut hal yang menyebar dalam sebuah
budaya , baik itu gaya hidup, ide, perilaku, hingga suasana hati. Jika
dikaitkan, semua unggahan meme itu kemudian adalah hal yang saling disebarkan
antara orang ke orang lainnya melalui internet.
Dalam
proses saling menyebarluaskan ini, meme internet tentu memuat sebuah isu yang
sebaik mungkin dikemas dalam bentuk humor yang menggelitik. Hal tersebutlah
yang membuat meme menjadi bahasa baru khususnya di kalangan
pengguna internet dan kaum muda. Tidak sedikit berita terkini atau isu yang sedang hangat kita ketahui dari format
guyonan ini. Sehingga tidak heran mengapa bahasa ini tidak pernah
kehilangan waktunya untuk bersinar.
Meme
internet terus
mengikuti hal terbaru yang terjadi di seluruh dunia. Bisa dikatakan meme telah
menjadi parodi sebuah berita. Hal ini membuat meme internet terus menjadi salah
satu medium untuk mengakses kabar dunia. Bahkan hal
seserius isu perang dunia ketiga atau virus corona yang mematikan dikemas
sebagai bahan candaan. Ini hanya bercanda, beberapa dari kita berpikir
begitu ketika melihat unggahan meme internet yang mengemas kabar buruk
sekalipun. Pengemasan yang sederhana itu memang memudahkan bagi siapa saja
untuk tetap berdiskusi dan ikut terlibat berdialog tentang kabar dunia dengan
balutan humor. Tapi apakah kita sadar bahwa beberapa hal yang kita tertawai itu
adalah sesuatu yang
sebenarnya perlu kita khawatirkan?
Meme
internet hari ini hadir tidak hanya menjadi kemasan humor ringan dalam bentuk
percakapan, foto, desain atau video. Semua itu perlahan digunakan untuk muatan
yang lebih serius dalam beberapa kasus. Misalnya pada pemilihan Presiden
Amerika Serikat, Donald J. Trump adalah mega bintang meme internet dalam
beberapa bulan. Atau Peristiwa keluarnya Inggris dari Uni Eropa, meme internet
tetap hadir untuk mengolok-olok situasi tersebut. Dunia digital benar-benar
membuat budaya barunya. Kini merayakan, mengejek, mengkritik hingga menyindir
dilakukan semudah membuatnya dengan jari-jarimu sendiri lalu dibalut humor dan
diunggah ke sosial media.
Singkatnya,
meme memberi pengguna internet cara berkomunikasi yang ringkas. Meme menjadi
unit budaya dasar (Coscia, 2013) yang mentransimisikan ideologi pop-budaya
dan politik secara ketat dengan kedok satir hingga sarkasme. Tapi beberapa
diantaranya sudah melewati batas yang sebenarnya mulai kabur dipenglihatan kita
sebagai penikmatnya. Made In China, meme ini terdengar klasik tetapi
masih cukup relevan apabila dikaitkan dengan sesuatu dan berlaku hingga hari
ini. Sadar atau tidak itu adalah sebuah ujaran rasis yang baru saja kita rujukkan
pada salah satu negara.
Menurut
Satre, manusia adalah kebebasan. Hal inipun yang terjadi pada budaya meme,
orang-orang bebas untuk menciptakan apapun atas hasil pemikirannya didukung
dengan mudahnya membagi informasi ke seluruh dunia lewat sosial media.
Namun apa yang luput adalah bagaimana kemudian kebebasan itu menemui batasnya.
Meme bisa lahir dari kepala siapa saja yang ingin menyampaikan pesan lewat
kemasan itu. Bahkan meme bisa menjadi instrumen kampanye, lebih parahnya lagi
bisa menjadi bentuk propaganda di era kekinian.
Berangkat dari defenisinya,
budaya adalah hal yang terus dilakukan berulang oleh masyarakat. Meme Internet
pun menjadi budaya setelah bahasa ini terus digunakan berulang-ulang bagi
komunitasnya. Salah satu faktor kuat meme internet ini terus bersinar adalah
ukuran lingkup komunitasnya yang tersebar di seluruh
dunia. Mereka semua dapat membahas apapun dalam bahasa ala era digital ini.
Seperti
dua sisi koin, meme juga sebenarnya tidak hanya menyelipkan pesan untuk
ditertawakan. Pesan itu bisa ditafsirkan berbeda oleh tiap kepala. Ketika
melihat sebuah unggahan meme internet tentang kondisi dunia setelah perubahan
iklim, hitam atau putih, kita dapat menjadi tergerak untuk melakukan sesuatu
dalam rangka memperbaikinya atau malah hanya tertawa atas kondisi terburuk yang
mungkin saja akan kita alami nanti. Selain itu, meme bisa terus berkembang menjadi
simbol dan ikon yang kuat untuk menyelipkan kritikan yang bisa membangun.
Misalnya kepada pemerintah, kekuatan itu berfaktor karena manusia adalah mahluk
visual.
Meskipun begitu, candaan yang
dimuat dalam meme perlu melihat kondisi, etis dan tidaknya. Sebab bercanda
tidak sebercanda itu. Penikmat meme perlu lebih bijak lagi dalam menggunakan
salah satu bentuk komunikasi baru dalam dunia virtual ini. Semua
kembali pada diri kita sendiri untuk menjadikan meme sebagai bentuk mudah dan
uniknya model pengemasan berita hari ini atau malah sebagai senjata yang sengaja
atau tidak disengaja mencipta hal hal yang keluar dari batasnya. Karena tidak
sedikit dari meme juga memuat informasi yang keliru hingga memancing
konfrotasi.
Comments
Post a Comment